Sabtu, 04 November 2017

JUNI DIBULAN NOVEMBER

 02 November 2017, kali pertama bertemu dengannya. Akhirnya setelah menjalani LDR (Long Distance Relationship)  kami di pertemukan oleh waktu. Sangat bersyukur, kami dapat saling melepaskan rindu yang telah ditanggung berapa bulan lamanya. Sangat bersyukur, dapat menggenggam tangannya, bersandar pada bahunya. Yang paling aku syukuri adalah dia dapat menerimaku apa adanya, sebagaimana aku menerimanya.

Menjalani sebuah hubungan jarak jauh tentu bukan perkara mudah. Butuh pemahaman lebih.

"Oh Tuhan, aku ingin dia disampingku sekarang!" Kerinduan! Duh, aku selalu rindu.  Saat berjauhan dengan seseorang yang terpisah dengan pulau. Bukan! Tidak hanya kerinduan, kekhawatiran pun kerap menghantui.

Aku memang merasa lebih sreg mendengar langsung suaranya ketimbang chatting atau pesan singkat. Aku jadi lebih bisa menyampaikan maksud dengan jelas. Mendeteksi perubahan emosi dari perbedaan tekanan suara dan juga mendapat tanggapan lebih cepat. Jika hanya chatting atau pesan pendek, manusiawi jika kemungkinan salah paham karena penulisan pesan dan pesan yang dibuat terasa pendek.

Bisa dikatakan, jarak yang jauh bisa membuat kita menjadi lebih sentimentil dan sensitif. Pilihan koneksi internet yang masih relatif lambat dan sinyal provider di handphone yang hilang timbul bisa menjadi kendala. Lalu jika salah satu dari kita seharian tidak online, yang lain menjadi "blingsatan" dan menjadi paranoid sendiri, khawatir telah terjadi sesuatu yang buruk.

Aku berharap dia disana baik-baik saja, selalu baik.





Hai Illong Katambi....
Sesungguhnya saat yang paling bahagia adalah ketika rindu terbalaskan...
dirindukan oleh kekasih hati yang selalu di hati...
Pertemuan di bulan nopember kemarin adalah bukti dimana alam semesta bekerja sama untuk mempertemukan kita...

Tak terasa pertemuan pertama telah usai...
namun rindu yang ditinggalkan semakin dalam...
dan keinginan untuk pertemuan selanjutnya semakin besar dan tak tertahankan

cinta memang membutuhkan pengorbanan dan cinta memang sesuatu yang mempunyai kekuatan sangat luar biasa...
seperti pepatah..

NOTHING IN THE NATURE LIVE FOR IT SELF

RIVERS DONT DRINK THEIR OWN WATER
TREES DONT EAT THEIR OWN FRUITS
THE SUN DOESNT SHINE FOR IT SELF


LIVING FOR EACH OTHER IS THE RULE  OF NATURE



AND I CALLED IT LOVE

berbicara tentang cinta...
saya mempunyai sebuah cerita yang menggambarkan apa itu cinta

seorang petani tua menanam dipekarangan rumahnya...
luas pekarangannya tidak besar.. kira-kira 7 meter persegi...
tanaman yang ditanamnya pun hanya untuk kebutuhan sehari-hari saja, seperti; cabe, tomat, daun bawang, selada, dan sayur mayur...
beliau merawatnya dengan penuh cinta kasih, tentu saja perawatan cinta kasih yang dilakukan petani tua ini adalah perawatan dengan budidaya organik dan hasilnya pun bisa memenuhi kebutuhan sehari-harinya,,, sehingga beliau tak perlu lagi mengeluarkan uang untuk membeli kebutuhan dapur..

Cinta kasih petani tua ini tercermin dari budidaya tanaman pekarangannya yang organik. Yaitu cinta terhadap anggota keluarganya dengan menyajikan makanan sehat yang bebas residu kimia dan cinta kepada alam dengan tidak merusak kondisi tanah.... pemanfaatan pekarangan rumah tangga petani tua ini sendiri merupakan wujud dari cintanya terhadap keluarga karena dengan penghematan seperti ini maka beliau bisa memanfaatkan pengeluaran yang seharusnya pada pemenuhan kebutuhan dapur bisa dimanfaatkan untuk kebutuhan lainnya.

mari berhitung.....
misalnya saja setiap hari kita memasak 2 kali... dan setiap kali masak kita mengeluarkan dana sebesar Rp. 15.000 untuk kebutuhan bumbu dapur... sehingga setiap harinya pengeluaran untuk kebutuhan dapur sebesar Rp. 30.000. Jika kita menghitungnya untuk setiap bulan maka pengeluaran untuk kebutuhan dapur adalah Rp. 900.000 dan itu kalau memasaknya cuma 2 kali loh... dan hanya 15 ribuan lohh...
jadi mari kita menghitung jumlah pengeluaran untuk kebutuhan dapur kita masing-masing...

nah masalahnya banyak dari kita yang lahan untuk parkir motor saja gak ada...
namun untuk menanam kebutuhan-kebutuhan dapur juga bisa secara hidroponik kok...
selain itu kita bisa juga menanam tanaman obat rumah tangga... ya kan Illong katambi.. hehehehe

ya... itulah perumpamaan cinta dari saya... hahahaha











 

Jumat, 03 November 2017

ORGANIC FOOD MARKETING


Salam dari penulis
Illong Katambi...

Halooo bloggers, ini kali ketiga saya menulis tentang pertanian setelah artikel revolusi pertanian dan Juni di bulan November. Menulis tentang pertanian ini susah-susah gampang, gampangnya karena pertanian adalah sektor riil yang setiap kita menoleh produknya selalu ada. Susahnya, ya karena menulis tentang pertanian sifatnya eksploratif (hanya luaran) saja. Cuap - cuapan solusi  seakan pupus dan menguap di udara begitu berhadapan dengan tembok kokoh bernama "kebijakan" ini itu . Sejalan dengan itu, tulisan ini sifatnya untuk mere-fresh ingatan saja, karena  tidak ada hal baru yang dimunculkan disini hehe.  Dimulai dari pesatnya perkembangan pertanian organik di Indonesia dewasa ini sebagai salah satu pertanda positif bahwa pertanian organik mulai mendapat respon positif masyarakat, baik produsen maupun konsumen. Namun di lain sisi, kendala pengembangan pertanian organik di Indonesia juga masih besar, bahkan mungkin porsinya lebih besar dibandingkan laju perkembangannya. 

Secara substansi pertanian organik bukanlah barang baru. Sebelum ditemukan pupuk dan obat-obatan kimia sintetis, bisa dikatakan semua kegiatan produksi pertanian merupakan pertanian organik.

Perkembangan pertanian organik di Indonesia tidak terlepas dari perkembangan pertanian organik dunia, bahkan dapat dikatakan sebagai starter factor bagi gerakan pertanian organik lokal. Ini adalah karena tingginya permintaan produk organik di negara-negara maju. Saya masih  ingat  artikel yang di berikan oleh dosen saya pada matakuliah pengantar ilmu pertanian (PIP) semester awal yang di tulis oleh  Prof. Ulrich Hamm dan Johannees Michelsen, PhD, yang judulnya “Analysis of The Organic Food Market in Europe”, artikel ini aslinya berbahasa inggris. Dalam artikel ini yang menyebutkan tingginya permintaan produk organik di negara-negara maju antara lain dipicu oleh 7 (tujuh) faktor sebagai berikut :

1. Menguatnya kesadaran lingkungan dan gaya hidup alami dari masyarakat,
2. dukungan pasar konvensional (supermarket menyerap 50% produk pertanian organik),
3. dukungan industri pengolahan pangan,
4. dukungan kebijakan pemerintah nasional,
5. adanya label generik,
6. adanya harga premium di tingkat konsumen,
7. adanya kampanye nasional pertanian organik secara gencar. 

nah dari ke-7 faktor diatas menyatakan bahwa edukasi tentang manfaat organik terhadap konsumen sangat menentukan kesadaran konsumen untuk mengkonsumsi produk yang berkualitas sehingga meningkatkan permintaan pasar terhadap produk organik...
Banyak cara yang dilakukan untuk menyampaikan informasi tentang pentingnya mengkonsumsi produk organik antara lain melalui selebaran-selebaran, seminar, talk show, dll

pertanyaannya.....
Sekarang pemerintah menggebu-gebu mewacanakan tentang pertanian organik namun edukasi tentang manfaat produk organik belum sampai ke konsumen...
padahal pemerintah bisa saja memanfaatkan stasiun TV atau Radio untuk melakukan hal tersebut...
sebagian besar masyarakat indonesia menghabiskan waktunya di depan TV loh atau mendengar Radio...
kenapa ya????

Pada tulisan sebelumnya sebelumnya Saya menekankan bahwa Produk organik adalah salah satu bentuk dari tindakan kasih terhadap sesama manusia,,
Bukankah kita harus saling mengasihi....
seperti yang tertera dalam hukum kasih....

salama'




OFF - SEASON FARMING

Halo....Lama tak Jumpa Sebenarnya Tulisan ini sudah lama di draft... cuma belum sempat aja di post.. Kemarin admin yang satu ngomong...